Dalam dunia desain grafis, penggunaan properti seperti “opacity” dan “fill” sangat penting untuk mencapai efek visual tertentu dalam desain. Kedua properti ini, meskipun terdengar mirip, memiliki perbedaan yang signifikan dalam cara mereka memengaruhi tampilan objek atau lapisan.

1. Opacity (Ketidaktransparanan)

Opacity mengacu pada sejauh mana suatu objek atau lapisan dapat terlihat atau transparan. Properti ini memungkinkan kamu untuk mengontrol tingkat transparansi suatu elemen, yang dapat menciptakan efek lapisan atau penumpukan elemen.

Jika kamu mengatur opacity suatu objek, seluruh isi objek tersebut akan terpengaruh oleh tingkat ketidaktransparanan yang ditentukan. Misalnya, jika kamu mengatur opacity gambar menjadi 50%, gambar tersebut akan tampak setengah transparan.

Opacity dapat menjadi alat yang sangat berguna untuk mencapai efek lapisan, memungkinkan elemen-elemen di bawahnya untuk terlihat sebagian. Ini sering digunakan dalam desain antarmuka pengguna, ilustrasi, dan komposisi gambar.

2. Fill (Isian)

Fill, di sisi lain, berkaitan dengan sejauh mana suatu objek mengisi ruang yang diambilnya. Properti fill umumnya terkait dengan warna atau pola pengisian dalam objek tersebut, dan tidak mempengaruhi tingkat transparansi objek.

Saat kamu mengatur fill suatu bentuk menjadi warna atau pola tertentu, warna tersebut akan mengisi seluruh area dalam bentuk tersebut tanpa mengubah tingkat transparansinya. Properti ini memungkinkan kamu untuk menyesuaikan tampilan dan warna elemen-elemen dalam desainmu tanpa mempengaruhi tingkat transparansi.

Penggunaan fill dapat memberikan kejelasan visual pada elemen-elemen desain, membedakan antara objek satu dan yang lain, serta menciptakan palet warna yang konsisten dalam suatu proyek.

Dalam prakteknya, desainer sering menggunakan kedua properti ini bersama-sama untuk mencapai hasil visual yang diinginkan. Kombinasi dari opacity dan fill memungkinkan kreativitas yang lebih besar dalam menghasilkan desain-desain yang menarik dan efektif secara visual.